Saturday, November 11, 2017

One Day Trip: Jepara Yang Kesekian Kalinya

Pantai Kartini, Jepara

Sekitar 3 minggu terakhir ini saya disibukan dengan urusan graduation. Haha ya akhirnya masa perkuliahan saya selesai setelah enam tahun lamanya. Sama kayak SD saja ya sampai enam tahun. Berada enam tahun meninggalkan ibu kota sebagai tanah kelahiran, dan berada di perantauan, pastinya jangan sampai saya sia-sia waktu yang terbuang lama ini. Jadi, selama ini pun saya sempat nyambi bekerja, nyambi traveling mengenal tempat-tempat baru, dan pastinya nyambi sebagai blogger seperti saat ini.

Oke saya tidak akan membahas kehidupan perkuliahan saya kok.

Setelah saya merayakan Graduation di kampus pada hari Kamis (26/10), saya sudah mempunyai rencana untuk piknik satu hari saja ke Jepara.  Dari sekian banyak kota di Jawa Tengah dan Jogja, yang paling sering saya kunjungi adalah Jepara. Entah kenapa, Jepara selalu menjadi tujuan saya berwisata. Tidak pernah bosan. Sampai sekarang pun masih belum bosan.
Dari gunung sampai kepualauan pun ada!
Kulineran? Juga ada!
Andalan kuliner di Jepara itu sea food nya ya gengs. Ya secara Jepara berada di pesisir utara jawa, jadi hasil lautnya pun berlimpah. Dulu saya pernah mencicipi Pindang Serani di pusat kuliner di tengah kota, satu porsinya 50.000. Sebenarnya ini ada sedikit kesalahan dari saya karena saat saya pesan menu tersebut, saya tinggal ngobrol. Jadi seharusnya kalau pesan pindang serani itu kita pilih ikan sesuai kesukaan kita (atau sesuai kantong?) bisa kerapu, kakap, bandeng, dll. Berhubung setelah saya pesan, saya langsung ngbrol (atau memang mbak nya sengaja gak tanya mau ikan apa?),  saat pesanan datang, saya kaget ternyata satu ekor ikan kakap besar yang porsinya banyaaaaakkk sekali.
Dalam hati saya wah keblondrok nih

Oke itu tadi sekedar sharing jika ingin berwisata kuliner di luar kota. Tips dari saya, jangan pernah ragu buat tanya harga makanan tersebut jika ingin kantong aman

Oke lanjut ke cerita awal,
Saya berangkat menuju Jepara dari semarang jam stengah 12 lewat, pas adzan dzuhur. Padahal rencana awal mah berangkatnya pagi. Biasa, molor~
Selama perjalanan untungnya cuaca sedang berawan jadi tidak kepanasan.
Dua jam perjalanan, sampailah saya di Pantai Kartini.
Kenapa saya ke Pantai Kartini? karena saya penasaran dengan bangunan kura-kura disana. Saya pernah satu kali ke Pantai Kartini dan nyebrang ke Pulau Panjang yang pasir putihnya indah banget. Jadi, di Jepara itu ada pulau kecil yang namanya Pulau Panjang. untuk nyebrang kesana bisa dari Pantai Kartini atau dari Pantai Bandengan. Saya lupa berapa ongkos kapal untuk nyebrang kesana karena waktu itu saya dibayari teman saya hehe


Pulau Panjang, Jepara tahun 2012.

hanya butuh waktu -+ 30menit perjalanan dengan menggunakan kapal nelayan, kamu sudah bisa merasan lembutnya pasir pantai di kaki kamu! Nah yang uniknya, si nelayan yang mengantarkan kita tadi akan memberikan nomor hp nya ke salah satu penumpang, jika nanti penumpang sudah ingin kembali ke Pantai Kartini, cukup hubungi nomor si bapak nelayan tadi. Praktis!

Lanjut perjalanan saya tadi yaaaa.....
Sesampainya di Pantai Kartini, saya beristirahat di warung-warung yang tersedia. Gak perlu takut dipatok harga mahal, masih aman kok. Saya pesan es susu coklat, harganya 5.000. Masih wajar kan?

Setelah cukup beristirahat, saya langsung cuss menuju ke bagunan kura-kura. Saat perjalanan, terlihat susana lokasi wisata Pantai Kartini saat itu sedang tidak begitu ramai, padahal hari Sabtu.
Memasuki bangunan kura-kura, ternyata tempat tersebut namanya Kura Kura Ocean Park. Jadi, Kura Kura Ocean Park ini adalah tempat wisata edukasi dimana pengunjung bisa belajar mengenai kehidupan bawah laut dengan bangunan yang sangat unik. Dengan harga tiket masuk 17.500/orang, sudah bisa masuk dan bekeliling melihat berbagai biota laut. Kurang lebih seperti Sea World di Ancol, tapi tdak sebesar sana ya, ini versi simpel nya menurut saya.









Setelah saya merasa cukup berkeliling di Kura Kura Ocean Park, saya langsung cabut menuju ke Pantai Bondo. Karena waktu sudah cukup sore dan perjalanan ke Pantai Bondo yang jauh dari kota, jadi saya harus cepat supaya gak kesorean dan ketinggalan menyaksikan sunset.

Pantai Bondo berada di Kecamatan Bangsri, dan sekitar kurang lebih 17km dari pusat kota Jepara. Dari kota jepara, kamu bisa ikuti saja petunjuk arah menuju Bangsri. Ikuti saja jalanan terus, dan jika sudah sampai di Kecamatan Mloggo, ada lampu merang di pertigaan, ada penuntuk arah belok kiri untuk menuju Pantai Empu Ranca dan Pantai Bondo. Yak, kamu akan memasuki jalan desa yang cukup ramai, dan Pantai Bondo berada di ujung jalan tersebut.
Tidak ada retribusi untuk masuk ke Pantai Bondo, mungkin hanya bayar parkir saja.
Saat sudah menemukan tugu bandeng, itu berarti kamu sudah sampai di Pantai Bondo. Kamu bisa pilih lurus atau belok kanan dari tugu bandeng tersebut, sama saja menurut saya. Berhubung saya mau tempat yang tenang untuk beristirahat, saya memilih belok kanan dari tugu bandeng, dan disana ada banyak pilihan warung ala ala cafe yang bisa kamu pilih untuk tempat beristirahat.
Di warung yang saya pilih hanya menyediakan berbagai minuman instan dan es teh atau kopi tubruk yang bukan instan hehe. Dan jangan takut masalah harga, minuman yang saya pesan harganya 4rb saja kok. Dari warung tersebut sudah berbatasan langsung dengan pantai yang sangat indah. Saya mencari tempat duduk yang pemandangannya paling pas.
Sambil menunggu minuman datang, tidak ketinggalan saya sempatnya untuk memfoto pemandangan yang sangat indah ini. Pantai pasir putih yang landai, air laut biru, dan ombak tenang. Sempurna untuk memanjakan mata dan beristirahat melepas lelah perjalanan yang cukup jauh.







Menurut saya, Pantai Bondo sangat cocok bagi yang membutuhkan vitamin sea dengan pantai pasir putih tanpa harus jauh-jauh ke Bali atau Gunungkidul yang ombak pantainya sangat ganas :(
Ditambah lagi, harga di Pantai Bondo sangat murah (dan semoga akan selalu murah).
Kata teman saya yang asli Jepara dan sering main ke Panti Bondo, pantai Bondo cocok untuk sekedar nongkrong kumpul bersama teman-teman. Sedangkan jika ingin berisata kuliner sea food, cocoknya ke Pantai Empu Ranca yang juga sama berpasir putih

Sekian perjalanan saya di Jepara yang sangat indah
Jika diberi kesempatan Jepara lagi, saya mau berkunjung ke air terjun seperti yang disarankan teman saya itu, dan gak ketinggalan wisata kuliner di Pantai Empu Ranca






Sunday, October 22, 2017

Wisata Berkuda di Santosa Stable



Kurang dari satu bulan lagi, saya harus meninggalkan kota yang sudah lebih dari enam tahun saya tinggali. Enam tahun memang bukan waktu yang sebentar, seluk-beluk kota sudah saya hapal di luar kepala. Di minggu-minggu terakhir selama saya masih di Semarang ingin saya habiskan untuk mengunjungi tempat-tempat yang menarik dan berkesan.
Tanpa sengaja, saat saya menonton tv acara Laptop Si Unyil (saya lupa episode dan tanggal tayangnya), pada acara tersebut menayangkan liputan bagaimana merawat kuda pacuan yang berlokasi di Semarang. Seketika saya langsung tertarik dan mencari tau dimana lokasi tersebut.
Dan setelah saya browsing sana sini, Santosa Stable lah tempatnya.

Santosa Stable adalah fasilitas olahraga berkuda yang juga menawarkan pengalaman berkuda untuk wisata maupun olahraga bagi pemula maupun pelatihan intensif bagi atlet untuk persiapan kompetisi. 






Berlokasi di Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal ini memiliki jarak sekitar 25km dari Kota Semarang. Dengan tiket masuk 10.000, anda sudah bisa berkeliling, termasuk melihat kuda-kuda dari dekat yang jumlahnya lebih dari 30 ekor. Tidak hanya kuda-kuda untuk pacuan saja, disini juga memiliki beberapa kuda shedland pony yang tingginya hanya 80cm yang juga bisa digunakan untuk berkeliling atau foto pre-wed.
Untuk berkeliling dengan menungganingi kuda, dikenakan biaya 60.000 untuk kuda yang bedar dan 30.000 untuk kuda pony.

Sangat menyenangkan berwisata di Santosa Stable. Selain bisa melihat banyak kuda dari dekat, pada jam dan hari tertentu kita juga bisa melihat murid yang sedang latihan berkuda. 

Sunday, September 24, 2017

Segarnya Soto Sokaraja Di Siang Hari


Beberapa hari kemarin, panasnya Kota Semarang memang gak bisa di nego. Pernah pada saat saya menuju daerah Gayamsari, saya melihat termometer di jalanan yang berada tepat di atas baliho iklan jembatan penyebrangan, suhu saat itu mencapai 39.6° C. Luar biasa panasnyaaaa.....

Pada hari Jumat lalu, seusai sholat Jumat, saya berkesempatan diajak Mas Ber ke daerah Ungaran karena dia ada sedikit urusan disana. Ya daripada saya nganggur di kos saja, tidak ada salahnya saya ikut dia.
Setelah urusannya dia selesai, dia mengajak saya untuk makan siang. Seketika saya teringat beberapa hari lalu, dari aplikasi Google Maps, saya menemukan beberapa rumah makan yang menjajakan Soto Sokaraja. Seketika saya mencari rumah makan terdekat dan meminta Mas Ber menunggu sebentar selagi saya mencari lokasinya. Yap, ternyata lokasinya tidak jauh dari tempat kami berada. Segera kami memacu kendaraan menuju Jl. Moch Yamin.

Bermodalkan Google Maps, saya mencari kanan-kiri jalanan, dimana lokasi Soto Sokaraja tersebut. Dan gak perlu waktu lama, saya menemukan tempatnya. Warung makan dengan cat tembok berwarna hijau, tidak jauh dari perempatan lampu merah Assalamah Ungaran.




Selah saya masuk dan memilik tempat duduk yang nyaman menurut saya, saya disambut seorang ibu-ibu paruh baya dengan sangat ramah. Tanpa pikir panjang, saya langsung memesan Soto Sokaraja satu porsi saja (karena Mas Ber saat itu belum lapar) dan dua es teh manis.
Tanpa menunggu lama, seporsi makanan khas dari Bayumas ini mendarah di meja saya. Terlihat mencolok kerupuk berwarna merah dan potongan daun bawang yang besar-besar. Sebelum menyantapnya, jangan lupa menambahkan sambal kacang sebagai pelengkap rasa pedasnya.
Untuk sebagaian orang di semarang mungkin asing dengan sambal kacang yang dicampurkan pada makanan. Tapi karena saya dari jakarta, dan tiap makan nasi uduk atau gorengan selalu pakai sambal kacang, bagi saya enak-enak saja.

Isian dari Soto Sokaraja ini ada lontong, tauge, bihun, suwiran ayam, dan potongan ati-rempela, dengan kerupuk pink diatasnya. Untuk kuah nya, berbeda dengan kuah soto Semarang yang bening, Soto Sokaraja memiliki warna kuah kekuningan meskipun tidak sepekat Soto Lamongan. Dengan rasa kaldu ayam yang segar. Dan di tempat asalnya, menikmati Soto Sokaraja didampingi dengan mendoannya yang khas. Wah pasti nikmat banget!

Seporsi Soto Sokaraja dibandrol dengan harga 15.000
Dan untuk es teh nya 3.000

Sunday, September 17, 2017

Sate Taichan Pertama Kalinya

Sate Ayam mix Kulit

Setahun belakangan ini, sate taichan mulai naik daun dan digemari masyarakat. Makanan yang =berasal dari daerah Senayan pada tahun 2012 lalu ini memang berbeda banget sama satate-sate pada umumnya karena sate taichan tidak menggunakan bumbu kacang ataupun kecap. Hanya daging ayam putih yang dibakar hanya dengan dibumbui garam dan perasan jeruk nipis saja. Penyajiannya pun hanya diberi tambahan sambal dan jeruk nipis.

Semenjak banyaknya masyarakat yang penasaran dengan sate taichan, kini mulai banyak warung-warung yang menjajakan sate taichan di kota-kota besar. Tidak terkecuali Semarang.
Meskipun sudah hadir cukup lama di Semarang, tapi baru kali ini saya mencicipinya. Ya memang karna belum sempat untuk mampir saja sepertinya. Dan tadi kebetulan saat perut berada dalam kondisi tidak terlalu lapar dan tidak terlalu kenyang, dan jalann pulang menuju kost melewati penjual sate taichan baru, tidak ada salahnya untuk mampir mencoba.





Berada di dekat SPBU Sampangan, spanduk kuning Taichan Sumoo terlihan sangat mencolok sehingga sangat mudah dikenali. Setelah sampai, saya memilih duduk di lesehan supaya bisa menikmati lalulalang kendaraan di jalan. Setelah melihat-lihat menu, saya memesan Paket Taichan Mix Kulit.
Saat saya menunggu pesanan, pandangan saya tertuju pada si bapak yang sedang membakar sate. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, si bapak tidak berpangku tangan pada oranglain dan tetap bekerja. Ini membuat saya yang kemarinan sempat mengeluh capek kerja, jadi harus mensyukuri apa yang telah saya punya. 
Untuk harga makanan disini dipatok rata 15.000 semua. Bisa di lihat pada gambar di atas. Kalau untuk rasa, mungkin karena ini kali pertama nya saya mencicipi sate taichan, rasa nya cukup asing buat saya hehehe
Sate taichan cocok duatt jadi cemilan ataupun makan berat kok, karena disini juga menyediakan nasi dan lontonng untuk pasangan makan sate taichan. Kalau saya memang niatnya untuk cemilan, jadi cukup sate nya saja ^^

Sunday, September 10, 2017

Salah Satu Makanan Khas Pati: Petis Runting


Beberapa hari yang lalu saya menghadiri acara pernikahan sepupu saya di Juwana, salah satu kecamatan di Kabupaten Pati yang namanya terselip di salah satu oleh-oleh khas semarang, Bandeng Juwana. Entah bagaimana kisahnya bisa jadi nama oleh-oleh khas semarang, saya juga kurang tahu.

Setelah menghadiri acara pernikahan, badan rasanya lelah banget karena perjalanan dari Semarang ke Juwana menggunakan sepeda motor, serta cuaca yang sangat panas, ditambah banyaknya truk, saya akan singgah sebentar di rumah Pakde dan Paklek saya di Pati kota nya yang kebetulan rumahnya saling berhadapan.

Sesampainya disana, saya langsung disuguhkan makanan khas Pati, Petis.

Khas Pati?

Petis?

Setahu saya, makanan khas Pati adalah Nasi Gandul dan Ndas Manyung. Baru kali ini saya mendengan Petis. Dan dalam bayangan saya adalah petis seperti petis di semarang yang berwarna hitam pekat dan bentuknya seperti fla. Biasa buat olesan tahu petis atau campuran petis kangkung dan rujak cingur.
Tapi ternyata Petis di Pati jaaaaauuuuhh berbeda. Petis Runting hampir seperti gulai dengan isiannya daging kambing, namun perbedaannya ada di kuah nya. Kuah Petis dicampur dengan tepung beras sehingga memiliki tekstur yang kental. Petis dimakan tidak dengan nasi, tetapi dengan gethuk. Cukup unik ya. Tapi kalau saya pribadi, sepertinya tetap harus dengan nasi :p

Seketika saya teringat dengan Gecok Tlogo makanan khas Tuntang. Rasa nya hampir mirip dengan rempah kuat yang nyegrak. Perbedaannya ada di kuah nya dan isian Petis yang dominan tulang dan gajih sedangkan gecok berupa daging-dagingan.

Jika berkunjung ke Pati, selain Nasi Gandul, jangan lupa buat mencicipi Petis juga ya, anda dapat menemukan warung makan yang menjajakan Petis di Jl. Pati-Tayu.

Tuesday, August 29, 2017

Tahu Gimbal Semarang Gak Cuma Ada di Taman KB Doang Loh



Kalau ngomongin kuliner khas semarang, makanan ini pasti masuk daftar setelah lumpia dan bandeng presto. Namanya yang unik, pasti membuat pelancong penasaran sama makanan yang ini. Yap, Tahu Gimbal.
Kesan pertama saya pas dengar nama Tahu Gimbal itu gak jauh-jauh dari rambut gimbal macam alm mbah surip ya. Tapi bukan kaya begitu kok. Gimbal itu sebutan untuk makanan semacam bakwan tanpa sayur yang diganti udang, dan ukurannya lumayan besar.

Trus kalau mau coba makan tahu gimbal dimana ya?

Kalau cari-cari di blog kuliner semarang, hampir semuanya merekomendasikan Taman KB sebagai pusatnya tahu gimbal. Memang saya akui disana banyak warung-warung penjual berbagai macam makanan salah satunya tahu gimbal, tetapi banyak cerita dari teman-teman kecewa makan disana karena sering kali dipatok harga mahal dengan rasa yang biasa saja. Istilah semarang nya sih 'keblondrok'. Jadi tips dari saya kalau mau makan di sana, sebelum pesan, tanya dulu berapa harga seporsi makanan. Daripada harus keluar duit lebih.

Nah, dulu awalnya saya pernah diajak teman saya yang asli semarang untuk makan tahu gimbal yang katanya dia enak, tempatnya di tepian Jl. Veteran. Namanya Tahu Gimbal Pak Gendut, karena bapak penjualnya memang gendut. Tapi waktu itu saya gak bisa ikut jadi mungkin saya kapan-kapan saja kesananya.
Beberapa waktu kemudian saya coba untuk makan disana, ternyata memang enak dan jadi tempat langganan saya kalau mau makan tahu gimbal. Meskipun tempatnya sempit hanya warung tendaan di tepi jalan, tapi selalu ramai pembeli loh. 

Tahu gimbal itu isiannya apa aja?

Bisa dilihat foto diatas sih. Tapi mungkin gak terlalu jelas ya karena bentukannya begitu. Jadi tahu gimbal itu isiannya ada lontong, tahu, gimbal, kol atau kubis, dan telur yang disiram bumbu kacang. Lebih kurang kayak gado-gado hanya beda isiannya.

Harga seporsi tahu gimbal disini 14.000 aja kok, sebanding banget sama rasanya yang enak, porsinya banyak dan pastinya kenyang banget. Dibanding sama tahu gimbal yang ditempat lain bisa 25.000 seporsinya :(

Kalau mau kesana, ancer-ancer tempatnya, dari Jl.Pahlawan arah masuk Jl. Veteran (satu arah), beberapa meter setelah Neon Cafe Veteran, nanti lokasinya di kanan jalan di halaman rumah tua yang bersebelahan sama Tailor. Sebelumnya ada di trotoar kiri jalan, tetapi semenjak ada perbaikan trotoar dari pemkot semarang, sekarang tidak boleh ada pedagang yang berjualan disana jadi si bapak pemiliknya pindah di sebrangnya. Ya untung saja pindah nya masih sekitaran lapak lama nya jadi pelanggan yang mau mampir gampang cari nya.

Thursday, August 24, 2017

Cheese Cake-nya Sharon Bakery


Halo........

Malam minggu kemarin kebetulan saya lagi kurang enak badan ni, karena hari-hari sebelumnya memang lagi banyak banget urusan yang sampe bikin pusing. Badan capek, pikiran semrawut, dan telat makan, jadinya fisik drop. Tapi ya namanya anak muda ya, walaupun lagi sakit tetep mau main malem mingguan >,<

Badan lemas, kepala pusing dan kepikiran urusan yang belum selesai rasanya mau main kemana pun gak tenang ya jadinya bingung nentuin pilihan harus kemana.
Makan berat? 
Lagi gak nafsu makan :(
Nongkrong? 
Pasti ramai dimana-mana. Yang ada malah makin pusing.
Yasudah daripada muter-muter gak jelas yang ujung-ujungnya cuma buang-buang bensin, gak enak juga sama Mas ber yang nyetir kebingungan (karena dia juga lagi sakit), saya minta ke Paragon Mall saja. Mau ngapain disana juga belum tau, daripada muter-muter dijalan malah bikin makin meriang saja kan.

Masuk Paragon Mall, saya mlipir ke Bread Talk, iseng-iseng cari Japanese Cheese Cake kaya yang pernah saya beli di Bread Talk-nya Green Terrace TMII. Wah ternyata disini gak ada Japanese Cheese Cake. Apa cuma ada di Bread Talk Jakarta aja ya? 
Jadi dulu sekitar habis lebaran saya dan teman saya semasa SMA dulu nongkrong di J.Co Green Terrace TMII. Karena bangunan J.Co dan Bread Talk jadi satu, saya iseng lihat-lihat roti di Bread Talk untuk ganjel perut yang sedikit lapar. Setelah lihat-lihat, pandangan saya teruju pada Japanese Cheese Cake yang mungil imut-imut, dan langsung saya beli. Waktu itu harganya 13.000. Setelah saya coba, rasanya enak banget! Lembut.
Nah setelah kejadian itu, saya coba buat cari Japanese Cheese Cake di tiap Bread Talk di Semarang, tapi memang benar-benar gak ada :(

Kemudian saya teringat kalau saya pernah liat cheese cake dari Sharon Bakery di Hypermart Paragon. Langsung saja saya cusss kesana. Di Hypermart yang biasanya tiap rak barang saya lihat dengan seksama, kali ini saya langsung menuju tempat makanan-makanan yang berada di sisi ujung dari pintu masuk. Pada bagian bakery, ada banyak pilihan kue dan roti. Saya lihat satu per satu rak roti-roti, dan gotcha! ketemu juga Steamed Cheese Cake dari Sharon yang tinggal satu bungkus ini. Kelihatannya memang stok nya lagi habis karena pilihan rasa nya tinggal Steamed Cheese Cake saja, padahal masih banyak pilihan rasa lainnya loh.
 
http://sharonbakery.com/blog-standard/


http://sharonbakery.com/blog-standard/

http://sharonbakery.com/blog-standard/


Nah itu contoh macam-macam rasa Steamed Cheese dari Sharon Bakery yang ada di official website nya.
Harga satuanya di Hypermart cuma 9.000 aja kok.
Kalau soal rasa, gak kalah enak sama bakery lain kok. Ukuran nya cukup besar dan isiannya yang padat lumayan banget buat ganjel perut. Cocok juga buat sarapan atau buat ngemil-ngemil sambil minum teh.
Saya yang kebetulan lagi gak nafsu makan karena lagi sakit, cocok banget ngemil ini. Saya makan satu bungkus saja sudah kenyang kok >,<

Sayangnya pas saya beli, benar-benar sisa satu saja. Padahal juga mau coba rasa-rasa lainnya

Sunday, July 23, 2017

Mie Aceh Rangkak



Malam minggu kemarin, saya memang tidak berniat untuk datang ke acara musik atau nongkrong di cafe. Mungkin karena kondisi fisik sayang yang sedang kecapean karena seharian mengarungi kemacetan di Semarang. Rasanya capek dan pastinya lapar. Keliling-keliling melewati pusat keramaian di Semarang, tapi tidak menemukan yang cocok. Ditambah lagi saat itu saya sedang tidak kepingin makan nasi. Lah terus makan apa?

Bakmi jawa?

Mie ayam?

Steak?

Hmm, sepertinya kurang cocok dengan kondisi mood saya saat itu.
Kemudian saya teringat, bulan lalu, saat saya membuka GOFOOD di aplikasi GOJEK, saya melihat salah satu parther GOFOOD yaitu Mie Aceh Rangkak. Tapi pada saat saya melihat dari aplikasi GOJEK, saya tidak memesannya, karena letaknya yang jauh dari kost, jadi saya tidak tega jika driver GOJEK jauh-jauh kesana hanya untuk membeli satu pesanan saja. Jadi saya merencanakan, nanti saja saya akan nyicip langsung di warung tersebut.

Nah setelah keingat kejadian itu, saya meminta Mas Ber yang sedang menyetir motor, untuk ke Jl. Tentara Pelajar, atau orang Semarang biasa menyebut daerah tersebut dengan sebutan Pasar Kambing. Ancer-ancernya tidak sulit. Jika dari Java Mall, menuju selatan, di pertigaan lampu merah yang ada patung kambingnya, belok kiri atau arah Kedungmundu. Setelah belok kiri, tidak jauh warungnya ada di kanan jalan. Warungnya memang tidak besar, namun cukup jelas kaarena terpampang tulisan Rangkang Mie Aceh.




Setelah sampai, kami disambut dengan ramah. Lihat-lihat menu, saya langsung memesan Mie Aceh Daging dengan minumnya Teh Tarik. Mas Ber yang masih kenyang karena habis makan Tahu Gimbal tidak ikut saya makan, dia hanya memesan minum Teh Tarik, sama seperti saya. Saat pesanan sedang dibuat, aroma rempah tercium sangat kuat. Membuat perut semakin lapar dan tidak sabar untuk mencicipinya.
Ternyata tidak perlu lama menunggu, pesanan sudah datang. Dua gelas teh Tarik dan sepiring Mie Aceh Daging dengan timun dan emping dipinggirnya. Diberikannya juga acar bawang sebagai pelengkap makan. Meski perut sudah sangat lapar, saya harus sabar menunggu sedikit lagi karena mie nya yang masih panas. Asap yang menguap membawa aroma bumbu dari mie aceh menggoda hidung saya.
Setelah saya rasa cukup dingin untuk dimakan. Perpaduan mie, tauge, daging, dengan bumbu khas aceh, menyatu di mulut saya. Dan seperti sudah menjadi ciri khas makanan Indonesia, bumbu rempah nya sangat kuat, pedas, namun membuat badan saya yang tadinya lelah kecapean menjadi segar kembali.

Monday, July 17, 2017

Lontong Tuyuhan Khas Rembang Ada di Semarang!



Pagi tadi, saya ada keperluan ke Kesbangpol Semarang, saya mau buat surat izin penelitian. Jadi agak pagi saya kesana dan belum sempat sarapan. Saat menunggu proses pembuatan surat izin penelitian sekitar satu jam, karena saya belum sarapan, rasanya waktu berjalan begitu lama dan rasa lamar semakin terasa. Finally, saat surat izin penelitian selesai, saya langsung bergegas pulang dan mencari sarapan. Eh, atau makan siang ya? Soalnya ternyata sudah jam 12 siang dan adzan dzuhur sudah berkumandang beberapa saat yang lalu >,<

Sambil turun didalam lift, saya berfikir
enaknya makan apa ya?
pecel?
tapi tempatnya agak jauh dari sini
Dan seketika saya teringat Lontong Tuyuhan yang sudah lama sekali belum keturutan. Karena sudah sekitar tiga tahun tidak kesana, jadi sudah pasti rindu dengan rasanya. Sudah beberapa kali kesana, ternyata warungnya tutup. Jadi kali ini saya yakin banget warungnya buka.
Letak warungnya yang searah membuat saya tidak perlu menahan lapar lebih lama lagi.

Sesampainya di warung Lontong Tuyuhan Pak Kholin yang berada di Jl. Dorang (belakang stasiun poncol), beruntungnya saya saat itu warungnya buka dan pelanggan didalamnya tidak begitu banyak. Hanya ada tiga bapak-bapak berseragam korpri dan satu mas-mas yang makan sendirian. Di warung kecil nan sempit ini, siapa sangka makanan yang dijual begitu langka dan nikmat. Untuk di Kota Semarang saja, warung yang menjual Lontong Tuyuhan begitu jarang, bahkan bisa dihitung dengan jari.
Yap, langsung saja saya pesan 2 porsi lontong tuyuhan dengan lauk ayam dan 2 es teh manis. Tidak perlu menunggu lama, pesanan pun datang. Lontong Tuyuhan berbeda dengan lontong pada umumnya. Lontong yang berasal dari Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang ini dibungkus dengan daun pisang yang bentuknya segitiga. Disajikan dengan kuah opor yang sedikit pedas, dan bisa memilih lauk yang diinginkan. Ada ayam, ati-rempela, tempe, dll. Btw, ayam nya ayam kampung loh, bukan ayam boiler ya.

Karna saya sudah terlanjur lapar dan begitu rindu dengan makanan yang satu ini, saya makan begitu lahap >,<

Satu porsi lontong tuyuhan lauk ayam dan es teh harganya 15ribu. Terbilang murah dan terjangkau kan?
Beberapa kali saya kesini, pelanggan yang datang selalu pegawai2 kantor pemerintahan. Jadi dijamin, recommended banget tempat ini.

Monday, May 29, 2017

Buka Puasa Dengan Pecel Mbok Sador



Marhaban Ya Ramadhan
Alhamdulillah telah memasuki Bulan Ramadhan, dan selama sebulan kedepan saya harus berpuasa. Dan Ramadhan kali ini saya masih harus di Semarang.
Nah, di buka puasa kedua kemarin, saya berkesempatan buka puasa di Pecel Mbok Sador Simpanglima.

Buka puasa makan pecel?

Emang cocok?

Jadi begini, saya memang ingin buka puasa di luar tapi masih bingung mau buka puasa dimana. Beberapa cafe menawarkan paket buka puasa berupa Menu Paket dengan harga mulai dari 25.000/pax. Dengan pertimbangan ini akhir bulan, saya cukup keberatan dengan harga segitu, jadi saya cari-cari lagi tempat makan yang bisa makan enak namun dengan harga yang lebih murah, dan juga praktis.
Kemudian saya lihat di akun instagram kuliner Semarang yang baru saja dari Pecel Mbok Sador. Burhubung saya belum pernah coba pecel yang cukup terkenal di Semarang, kenapa tidak saya coba saja. Daftar harganya pun ada di postingan akun kuliner itu, jadi menurut saya pengeluaran makan saya tidak sampai 25.000 meski saya sudah makan dengan lauk sapi.

Sekitar jam 5 saya sudah sampai di warung pecel yang berada di Pujasera Simpanglima ini, masih belum banyak pengunjung yang datang. Saya sengaja untuk datang lebih gasik, khawatir kalau ramai dan tidak dapat tempat duduk.
Dan benar saja dugaan saya, semakin menjelang magrib, pelanggan yang datang semakin ramai. Dari muda-mudi, tua-muda, bahkan pengunjung dari luar kota pun datang untuk menikmati.


Sekitar jam 17:15 pelanggan sudah bisa pesan antri berbaris. Kali ini saya pesan nasi pecel babat dan nasi pecel daging sapi dengan 2 es teh manis. Total harga seluruh pesanan saya hanya 38.000 saja!
Lebih murah daripada saya harus makan di cafe dengan porsi makan yang sama ya.

Warung Pecel Mbok Sador berada di kawasan Pujasera Simpanglima. Jika dari Jl. Pahlawan, warung ini berada di paling ujung kiri jalan sebelum memutari Simpanglima. Tempatnya sangat strategis.
Oh ya, ditempat ini ada daftar harganya di tiap meja. Jadi tidak perlu khawatir keblondrok saat bayar nanti :p



Monday, May 1, 2017

Gecok Tlogo, Santapan Hangat Berbahan Dasar Daging Kambing



Jadi ceritanya beberapa hari lalu, saya dan Mas Ber main di sekitaran Kabupaten Semarang, lebih tepatnya di kaki Gunung Ungaran. Waktu berangkat cuaca sangat cerah dan bersahabat banget, namun beberapa saat kemudian, hujan deras datang. Memang sih cuaca belakangan ini gak bisa ketebak, kadang panaaasss, gak lama kemudian hujan deras, belum lagi kondisi cuaca di gunung yang gak menentu.
Satu jam, dua jam menunggu, akhirnya hujan pun reda juga. Langsung kami cuss untuk pulang. Tetapi sampai beberapa meter mengendarai motor, tenyata hujan kembali datang. Belum lagi saya mendapat kabar bahwa di Semarang sedang hujan deras. Kalau begitu saya putuskan untuk turun ke Ambarawa saja, jaraknya pun tidak begitu jauh dengan lokasi saya yang berada di Pasar Bandungan. 
Memasuki Kecamatan Ambarawa, ternyata cuaca disini berbanding terbalik dengan diatas sana. Cerah! Segera kami melepas jas hujan yang kami pakai. Sambil menunggu Mas Ber melipat jas hujan, dan daripada kita tidak ada tujuan kemana, saya tawarkan dia untuk makan Gecok. Dia yang tidak tahu apa itu Gecok, memasrahkan saja ke saya.




Gecok adalah makanan berbahan dasar daging kambing yang kaya rempah khas dari Desa Tlogo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Ancer-ancernya sih, kalau dari jalan raya Semarang-Salatiga (arah Bawen ke Salatiga) setelah jembatan Tuntang belok kiri. Nanti akan melewati stasiun Tuntang, terus lagi ikuti jalan. Tampilannya seperti gule, tapi dengan kuah yang lebih kental. Karena banyaknya rempah-rempah pada olahan Gecok ini, sangat cocok untuk saya yang habis kehujanan tadi karena sangat ampuh menghangatkan badan. Tak perlu menunggu lama, seporsi Gecok bisa kami santap. Rasa pedas rempah yang hangat langsung terasa pada suapan pertama. Saya pun sangat lahap, dan sampai tambah nasi lagi >,< Untuk harga dan menu lainnya, ada di gambar ya







Friday, April 14, 2017

Nasi Pecel Lauk Jeroan ala Pecel Bu Sumo



Bagi warga Semarang, pecel adalah salah satu makanan yang sudah sangat merakyat. Sayuran rebus yang biasanya terdiri dari tauge (karena kalau saya tulis toge, artinya sudah lain lagi >,<), kol, kacang panjang, bayam, dan kangkung disiram bumbu kacang yang agak sedikit manis dan juga pedas, biasa disajikan dengan nasi atau lontong.
Seperti yang saya bilang tadi, bukti pecel adalah makanan yang sudah sangat merakyat adalah dengan banyaknya penjual makanan pecel mulai dari penjual pecel keliling, penjual pecel di pasar, di perkampungan, pkl, sampai di restoran dalam mall pun juga menyajikan pecel.

Awal saya ke semarang, saya  amat-sangat anti dengan yang namanya sayuran, jadi saya amat-sangat jarang yang namanya makan pecel. Namun seiring berjalannya waktu dan kini saya sudah mulai doyan makan sayur-sayuran, sudah tidak ada masalah lagi jika ada yang mengajak saya makan pecel.
Dari awal saya tinggal di Semarang, saya sering melihat di blog kuliner Semarang banyak yang merekomendasikan warung makan pecel yang satu ini, dan saya yakin pasti tempat ini sudah sangat terkenal, yaitu Warung Pecel Bu Sumo. Dan setelah bertahun-tahun saya tinggal, warung makan yang satu ini memang selalu ramai dan masih bertahan sampai sekarang. 

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk sarapan yang juga merangkap makan siang di Warung Pecel Bu Sumo yang di Jl. Kyai Saleh. Saya tidak tau pasti ada berapa dan dimana saja Warung Pecel Bu Sumo di Semarang, setau saya saat ini warung makan pecel ini ada di Jl. Kyai Saleh dan di Ngesrep.
Saat saya sampai di lokasi, saya lihat dari luar pengunjungnya cukup ramai, namun antrian untuk memesan makanan tidak terlalu panjang dan masih ada cukup tempat duduk untuk dua orang.
Sambil menunggu antrian, saya melihat-lihat apa saja lauk yang tersedia. Berbeda dengan penjual pecel kebanyakan di sekitar kampus yang menyajikan pecel dengan pilihan lauk telur, ternyata di sini ada banyak pilihan lauk.
Setelah saatnya giliran saya untuk pesan, tanpa pikir panjang saya langsung meminta nasi pecel dengan lauk koyor. Ya, karena saya sangat menyukai koyor, jadi pilihan lauk nya pun saya pilih koyor. Pesanan saya sudah selesai, saya segera mencari tempat duduk sambil menunggu Mas Ber datang karena dia antri nya di belakang saya. Sesampainya Mas Ber, saya lihat dia memesan nasi pecel dengan lauk babat, jeroan kesukaannya dia. Dan kami berdua langsung melahap masing-masing makanan pesanan kami.

Untuk rasa, saya sulit menjelaskannya. Secara keseluran rasanya enak seperti yang di bicarakan banyak orang. Tapi menurut saya, bumbu kacang nya dominan rasa manis. 
Setelah selesai makan, karena pengunjung yang datang semakin ramai dan kami masih ada keperluan, Mas Ber langsung membayar.
Jadi total biaya makan kami saat itu, nasi pecel koyor + nasi pecel babat + 2 es teh = 35.000
Mohon maaf saya tidak tau untuk rincian harganya karena tidak ada daftar harga dan saat itu bukan saya yang membayarnya >,< mungin jika anda ingin tau rincian harga makanan di Warung Pecel Bu Sumo, anda bisa melihatnya di GoFood pada aplikasi GOJEK.

Sunday, March 12, 2017

Nuansa Jawa di Joglo Ki Penjawi


Setelah sekiaaaaaann lamaaaaaaa saya tidak jalan-jalan keluar kota, akhirnya kali ini saya berkesempatan jalan-jalan singkat di kota kecil yang tidak jauh dari Semarang. Yap, Salatiga. Dengan jarak ± 40 km dari Semarang, dapat ditempuh dalam waktu satu jam saja dengan menggunakan kendaraan bermotor. Mungkin nanti jika tol Bawen-Salatiga sudah dibuka, waktu tempuh Semarang-Salatiga bisa lebih singkat lagi.
Gak tau kenapa, meski saya sudah berkali-kali ke Salatiga, masih belum bosan rasanya berkunjung kesana. Menurut saya, susana kotanya termasuk asri bila dibandingkan dengan kota lainnya di jawa tengah. Ditambah lagi, jika langit sedang cerah, jajaran gunung-gunung yang gagah dapat memanjakan mata kita.

Untuk mengobati rasa penasaran saya, kali ini saya ingin mengunjungi salah satu resto di pinggiran kota salatiga, yaitu Joglo Ki Penjawa. Terletak di Jl. Ki Penjawi, bangunan khas jawa ini hanya berjarak sekitar 200 meter dari jalan utama.
Saya sampai disana jam stengah 6 sore. Bagi saya udah kesorean karena niat saya selain untuk icip-icip makanannya, saya juga ingin hunting foto ditempat ini. Tapi karena sudah sore, pencahayaan pun sudah minim. Tapi tak apa lah, masih ada waktu untuk menikmati matahari terbenam.
Sesampainya diparkiran, terlihat pengunjung yang datang terbilang sepi, padahal saat itu menjelang malam minggu. Memasuki bangunan resto yang kental dengan etnik jawa nya, kedatangan saya disambut pelayan dengan sangat ramah, langsung saja saya meminta untuk naik ke lantai 2. Dan benar saja, saat saya menaiki tangga terakhir, mata saya langsung disuguhkan pemandangan Gunung Telomoyo dengan background langit sore membiru dan sedikit jingga. Setelah saya memilih tempat duduk dengan pemandangan yang paling sempurna menurut saya, saya langsung memesan makanan. Pilihan makanan disini sangat beragam, ada makanan jawa, western, dan cemilan. Untuk harganya pun cukup terjangkau hingga 30an ribu per makanan. Kali ini berhubung saya belum makan dari pagi, saya memesan ayam bakar bumbu bali.
Sambil menunggu pesanan saya datang, sesegera mungkin saya mengeluarkan kamera dan foto pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Ketika saya sedang asik ngambil beberapa foto, pesanan saya telah datang. Sangat cepat dari bayangan saya.




Saya sangat merekomendasikan Joglo Ki Penjawi ini. Suasana yang kental dengan budaya jawa, pemandangan gunung-gunung yang menjulang, rasa makanan yang enak, dan harga yang sangat terjangkau, cocok menjadi pilihan tempat berlibur dengan suasana baru.
Jadi jika kamu sedang berkunjung ke Salatiga bersama kerabat, keluarga, atau pasangan, saya sarankan untuk berkunjung ke Joglo Ki Penjawi ini ^^

Friday, January 27, 2017

Ayam Kremes Mak Yek


Beberapa hari yang lalu saya ikut teman saya ke Gramedia, bukan dia yang ajak, tapi memang saya nya yang mau ikut. Daripada hanya di kost dan cuma tidur-tiduran saja ya kan?
Setelah masing-masing dari kamu berbelanja di Gramedia, perut mulai terasa lapar. Saya tanya teman saya ingin makan apa, dia bilang terserah. Saya tanya lagi dia mau ayam goreng atau enggak, dia mau, dan saya ajak lah dia ke Ayam Kremes Mak Yek. Dia bilang kalau dia belum pernah kesana, tapi sering lewat dan selalu ramai. Nah kali ini saya akan ajak dia kesana, supaya gak cuma lewat saja.

Sesampainya disana, suasana yang ramai sedikit membuat saya panik tergesa-gesa. Banyaknya pelanggan yang antri untuk memesan dan pelayannya yang wira-wiri mengantar pesanan membuat saya pusing. Saat saya menulis pesanan di depan, saya suruh teman saya mencari tempat duduk, karena saya takut tidak kebagian tempat duduk karena saking ramenya. Berhubung kami hanya 2 orang saja, masih ada tempat duduk yang tersisa untuk kamu.

Tak lama menunggu, pesanan kami datang. Pesanan kami sama, ayam goreng (paha), nasi putih, dan es teh. Tapi saya minta tambah 1 tempe goreng. Saat teman saya mulai menyantap makanannya, sata tanya gimana pendapat dia. Dan dia bilang kalau rasanya enak, bumbunya meresap. Ya, ayam goreng disini memang juara banget, disamping bumbunya yang meresap sampai dalam, tekstur daging dan tulang ayamnya pun empuk, ditambah sambal rawitnya yang pedas. Jadi gak heran kalau disini selalu ramai.

Seporsi ayam goreng, nasi putih, dan es teh harganya 18.000, masih sangat terjangkau harga segitu, apalagi dengan rasa nya yang enak.

Ohiya, Ayam Goreng Mak Yek lokasinya di Jl. Indraprasta, setelah melewati SPBU yang di kanan jalan, pelankan kecepatan, di kiri jalan ada taman, nah Ayam Goreng Mak Yek di baliknya taman itu, sebelahan dengan Alfamaret.

Ad